Solo.
“Solo The Spirit of Java” mengandung arti bahwa “Solo merupakan
jiwanya Jawa”. Bisa dikatakan bahwa Solo merupakan representasi dari
Jawa. Kata “Jawa” pun seringkali diidentikkan dengan Jawa Tengah
terutama daerah Solo dan sekitarnya. Huruf “O” pertama dalam kata “Solo
The Spirit of Java” diambil dari bentuk dasar motif batik yang menjadi
salah satu ikon utama kota Solo. Logo ini sekaligus juga mencerminkan
bahwa merupakan kota seni dan budaya.
Brand Jogja “Never Ending Asia”
Jogja Never Ending Asia ditetapkan sebagai Brand Image Propinsi DIY
yang didesain penuh makna menempatkan posisi baru Yogyakarta sebagai ”
Experience that never end in Asia”. Visinya adalah untuk menjadikan
Yogyakarta “the leading economic region in asia for trade, tourism, and
invesment in five years”.
Sedangkan misinya yaitu untuk menarik memberikan kepuasan dan
mempertahankan perdagangan, wisatawan, investor, pengembang dan
organisasi dari seluruh dunia untuk tetap berada di Yogyakarta. Dengan
brand image ini, Yogyakarta akan merangkul dunia dan dunia akan secara
antusias disambut di Yogyakarta (Jogja shall intimately embrance the
world and the world will anthusiastically welcome Jogja)
Branding Visit Indonesia
Logo Concept :
- Bentuk Logo mengambil konsep Garuda Pancasila sebagai dasar Negara, tetapi dengan pengolahan yang modern.
- 5 sila digambarkan berupa 5 Garis Warna yang berbeda dan merupakan simbol diversity Indonesia yang penuh dengan keanekaragaman.
- Logo diolah menjadi bentuk dan warna yang dinamis sebagai perwujudan dari Dinamika Indonesia yang sedang berkembang.
- Jenis Huruf dari Logo mengambil elemen otentik Indonesia yang disempurnakan dengan sentuhan modern
Slogan “Enjoy Jakarta” tentu sudah sangat familiar di telinga warga
ibukota, seiring dengan antusiasme Pemkot DKI Jakarta untuk menjadikan
Jakarta Raya sebagai salah satu tujuan wisata favorit kepada turis-turis
asing yang selama ini hanya tersedot ke Bali semata. Positioning
sebagai kota megapolitan yang modern, surga belanja (peluncuran Jakarta
Great Sale yang diharapkan mampu mengganyang Great Singapore Sale),
wahana-wahana wisata modern (Ancol/Dufan/TMII), kota dengan sentuhan
multikultur (Betawi, Portugis, Belanda, Arab, dan Tiongkok), hingga
kampanye ‘Djakarta Tempo Doeloe’ ala Batavia dan Sunda Kelapa. Belum
lagi magnet wisata non-official di pinggiran jalan saat malam hari,
ekstrim kuliner! Mulai dari sate biawak, sate kuda, daging ular, hingga
sajian otak monyet ikut meramaikan hiruk-pikuk daya jual Jakarta.
Branding Bali
Setelah melewati seluruh tahapan dalam framework metodologi yang
tepat, dihasilkan Bentuk Visual Branding Bali dan Tagline yang merangkum
value-value yang ditemukan dalam tahapan sebelumnya. Mengacu pada brand
differentiation yang mencatat keunggulan Bali di unsur budaya dan alam
dalam sentuhan spiritual yang kuat dan khas, maka pada Visual dan
Tagline Branding Bali, nampak bahwa aspek spiritual sangat dominan
mewarnai. Konsekuensi tentu munculnya berbagai elemen dengan makna
filosofi untuk membangkitkan “roh spiritual Bali”.
Makna Logo dijelaskan dalam 4 bagian yang meliputi:
1. Penjelasan Visual
2. Huruf/Font
3. Warna
4. Tagline
1. Penjelasan Visual
2. Huruf/Font
3. Warna
4. Tagline
Penjelasan Visual
Segitiga Simetris – Sama Sisi
Segitiga adalah simbul sangat esensi dari kestabilan dan keseimbangan. Segitiga terdiri dari tiga garis lurus yg ujung dari 2 garisnya saling bertemu ini melambangkan jilatan api keatas (Brahma-sang pencipta), lambang lingga atau pallus (purusha). Segitiga adalah juga perlambang 3 Dewa penguasa alam semesta (Trimurti – Brahma, Wisnu dan Siwa), juga 3 tingkatan alam (Bhur, Bwah dan Swah Loka), 3 tingkatan hidup (lahir, hidup dan mati). Bentuk segitiga juga menjelaskan essensi branding yang sangat di warnai Tri Hita Karana, basis value yang akan membimbing kehidupan pada keseimbangan. Diluar penjelasan diatas, Hindu memiliki beragam filosofi tentang bentuk segitiga yang sarat makna.
Segitiga adalah simbul sangat esensi dari kestabilan dan keseimbangan. Segitiga terdiri dari tiga garis lurus yg ujung dari 2 garisnya saling bertemu ini melambangkan jilatan api keatas (Brahma-sang pencipta), lambang lingga atau pallus (purusha). Segitiga adalah juga perlambang 3 Dewa penguasa alam semesta (Trimurti – Brahma, Wisnu dan Siwa), juga 3 tingkatan alam (Bhur, Bwah dan Swah Loka), 3 tingkatan hidup (lahir, hidup dan mati). Bentuk segitiga juga menjelaskan essensi branding yang sangat di warnai Tri Hita Karana, basis value yang akan membimbing kehidupan pada keseimbangan. Diluar penjelasan diatas, Hindu memiliki beragam filosofi tentang bentuk segitiga yang sarat makna.
Motif ukiran flora yang simetris
Jika di lipat tepat pada garis tengah segitiga, motif ukiran pada sisi kiri dan kanan simetris dan serupa. Hal ini untuk memperkuat kesan “keseimbangan” yang menjadi essensi dari terciptanya: keharmonisan dan kedamaian sesuai Visi Branding.
Jika di lipat tepat pada garis tengah segitiga, motif ukiran pada sisi kiri dan kanan simetris dan serupa. Hal ini untuk memperkuat kesan “keseimbangan” yang menjadi essensi dari terciptanya: keharmonisan dan kedamaian sesuai Visi Branding.
Ukiran bermotif flora tampil kuat dan dominan. Hal ini menggambarkan
“kuatnya kreatifitas orang Bali” yang dikenal sangat terampil melahirkan
karya seni. Motif flora dipilih sebagai simbul kedekatan manusia Bali
dengan alam yang sekaligus menggambarkan salah satu keunggulan Bali
yakni alamnya yang indah (natural).
Mahkota pada ujung Segitiga
Mahkota menggambarkan: Pencapaian tertinggi, kesadaran agung, keagungan dan kemuliaan, sebagai tujuan dari perjalanan meniti keseimbangan yang di isyaratkan nilai dalam Tri Hita Karana ( Keseimbangan dalam hubungan dengan sesama, lingkungan dan sang Pencipta).
Huruf / Font
Mahkota menggambarkan: Pencapaian tertinggi, kesadaran agung, keagungan dan kemuliaan, sebagai tujuan dari perjalanan meniti keseimbangan yang di isyaratkan nilai dalam Tri Hita Karana ( Keseimbangan dalam hubungan dengan sesama, lingkungan dan sang Pencipta).
Huruf / Font
Tulisan Bali didesain khusus dengan mengadopsi bentuk dan garis –
garis khas dalam aksara Bali. Memilih huruf B dalam Bali dengan bentuk
menyerupai angka 3 dan mirip aksara Ang (aksara suci Brahma). Bentuk
tersebut juga untuk menjaga konsistensi konsep yang berbasis pada Tri
Hita Karana, Segitiga dan Tulisan Bali yang dimulai dengan huruf mirip
angka 3.
Bentuk yang spesifik nampak pada huruf L yang menjulang hingga
menopang mahkota. Maknanya dibutuhkan komitmen kuat yang langkah
berkelanjutan (sustain) dari seluruh stakeholder untuk mencapai tujuan
tertinggi (mahkota)
Warna
Branding Bali menggunakan 3 warna yang sangat kuat mencerminkan Bali
yakni: Merah, Hitam dan Putih (Tri Datu). Merah adalah representasi dari
Dewa Brahma – Sang Pencipta, Hitam – Dewa Wisnu – Sang Pemelihara dan
Putih – Dewa Siwa – Sang Pelebur. Kolaborasi 3 warna yang
merepresentasikan 3 Dewa (Tri Murti) akan melindungi dan menjaga Bali
beserta seluruh kehidupan di dalamnya agar tumbuh harmonis dan
berkelanjutan bergerak maju dalam kedamaian.
Tagline : Shanti, Shanti, Shanti
Kata Shanti bermakna damai. Jika mengucapakan kata Shanti kita akan dialiri spirit kedamaian dan keharmonisan.
Bagi orang Hindu, Shanti umumnya di ucapkan 3 X dengan menambahkan
kata Om (aksara suci Ida Hyang Widhi Wasa-Tuhan Yang Maha Esa) pada awal
dan akhir pengucapannya yakni Om Shanti, Shanti, Shanti Om yang
bermakna, semoga damai di hati, di dunia dan di akhirat. Pengucapan 3 X
ini juga konsisten dengan konsep awal yang berbasis pada penekanan pada
angka 3 ( Tri).
Shanti, Shanti, Shanti merepresentasikan kedamaian pada bhuwana alit
dan agung (diri dan seluruh semesta) yang akan mengetarkan vibrasi
kesucian hingga menebarkan aura dalam yang mendamaikan dan
menyeimbangkan kehidupan semua mahluk.
0 comments:
Post a Comment